Pesta Demokrasi atau Pemilu tahun 2009 berjalan dengan lancar, aman dan damai. Apakah Ini merupakan cermin dari langkah maju bagi perjalan proses demokrasi di negara ini? Atau sebaliknya, jangan-jangan masyarakat sudah mulai menganggap bahwa ini adalah suatu "peristiwa biasa yang tidak penting" bagi perjanan hidup mereka ke depan. Sehingga tidak ada lagi antusiasme dan semangat dari rakyat untuk terlibat. Alias datar-datar saja yang mereka rasakan. Dan memang sepertinya tidak ada kepentingan rakyat di dalamnya...
Berkaitan dengan penyelenggaraan pesta pora demokrasi tersebut, terlepas dari penting dan tidak pentingnya moment tersebut bagi rakyat, berikut ini adalah petikan dari "wawancara imajiner" antara saya (S) dengan pemenang(P) pesta demokrasi tahun 2009 yang berlangsung tanggal 9 April 2009.

(S): Selamat atas keberhasilannya meraih prosentase suara tertinggi di Pemilu th 2009 ini.
(P): Terima kasih, saya merasa hal ini dalah sesuatu yang biasa-biasa aja.tidak istimewa.
(S): Bukankah ini adalah suatu pencapaian yang hebat. mampu mengalahkan partai-partai besar seperti PDIP, Golkar, Demokrat yang lebih terorganisir dan partai-partai kuda hitam seperti PKS, Gerindra, PAN, atau PKB yang lebih ber semangat?
(P): Ah...Kita menjadi terbanyak karena rakyat juga yang lebih pinter milih.
(S): Apa kira-kira yang menjadi rahasianya?
(P): Tidak pakai rahasia-rahasiaan. Juga tidak pakai strategi khusus. Semuanya mengalir begitu saja. Natural selection. Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat juga.
(S): Atau mungkin terikat dengan suatu koalisi tertentu yang marak di antara partai-partai peserta Pemilu th 2009 ini?
(P): Nggak....nggak ada koalisi yang pakai istilah golden-goldenan. Tidak juga dengan poros-porosan.....kita cukup satu warna saja. Atau malah nggak pake warna...
(S): Wahh...kalau begitu...pasti menghabiskan dana yang tidak sedikit untuk jadi pemenang. Soalnya, yang kalah aja menghamburkan biaya bermilyar-milyar?!
(P): Tidak ada biaya besar...bisa dikatakan nol...alias tanpa biaya....!
(S): Ati-ati dengan KPK loh pak...kalau tidak jujur dengan biaya kampanye....
(S): Benar....!!! Saya tidak bohong..!!!Semuanya serba nunut.
(P): Loh...kok....????
(S): Iya...nunut dari media cetak, elektronik, dan semua media masa yang ada....! Bahkan juga kita menjadi semakin besar dan menguat karena kontribusi dari semua partai-partai peserta pemilu......Ini semua juga karena segala pesta pora yang dilakukan mereka semua menjelang pemilu, yang mereka sebut sebagai kampanye. Padahal kata seorang budayawan kondang lebih tepat kalau disebut "karnaval". Bukan kampanye. Ahh...memang benar-benar sebuah pesta pora demokrasi yang sangat mahal, menghambur-hamburkan duit, lucu, konyol dan mungkin sekejap menghibur rakyat. Dengan panggung-panggung hiburan penuh dengan artis-artis yang cantik, uang yang dibagi-bagi, sembako, makanan kecil, kaos-kaos gratis untuk dipakai sehari-hari, dan malah ada yang bagi-bagi ongkos naik haji segala....!!? Tapi tentu saja.... itu semua semakin menguntungkan bagi kita. Menguatkan kita..!
(S): Kok bisa.....
(P): Ya...iya..lah.....rakyat jadi semakin tahu lewat kampanye-kampanye yang berdana sangat mahal tersebut semua komentar-komentar lucu dan memprihatinkan dari semua Parpol. Semua kebohongan-kebohongan berupa kontrak-kontrak politik, janji-janji kosong untuk rakyat yang mereka sampaikan berulang-ulang..... dari pemilu ke pemilu. Mereka memperlakukan rakyat seakan-akan rakyat adalah objek bodoh yang bisa dibodohi dengan seenaknya mulut mereka. Rakyat yang dianggap "bodoh" itu sekarang ngerti kalau ternyata ada yang lebih "bodoh" dari pada mereka. Yang lagi mengharapkan sesuatu dari keterwakilan mereka berupa hak suara di Pemilu.
(S): Jadi Pak.......(tanpa mampu menahan cerocos dari yang diwawancarai)..
(P): Jadi...(dengan suara semakin meninggi) rakyat akhirnya menjadi penguasa dari diri mereka sendiri...dengan tidak memberikan haknya untuk memilih salah satu dari peserta Pemilu.....dengan begitu mungkin akan sedikit mengurangi kekesalan mereka dan keputus asa-an mereka melihat sepak terjang dari "wakil rakyat" yang kahir-akhir ini semakin memprihatinkan dan memalukan!!!!!...(emosi)
(S) : Loh... bukannya Bapak juga salah satu parpol peserta Pemilu 2009....???(bingung).
(P): Maaf mas....tolong dicatat. Saya memang mewakili pemenang pemilu 2009 ini, tapi saya bukan parpol peserta pemilu 2009...!!!
(S): Mana mungkin Pak...???
(P): Mungkin saja...kita kan nggak milih....Bruakkkk...!!!! Kata orang kita ini Golput.....!!!(orang tersebut sambil memukul meja keras-keras).
Kerasnya suara pukulan itu mengakhiri wawancara tersebut dan sekaligus pula membangunkan saya dari tidur siang di hari minggu ini......Eeee...ternyata wawancara tadi itu cuman mimpi di siang bolong rek...!!??(garuk-garuk ke
pala).

Catatan:
- Postingan/tulisan ini semata-mata hasil dari buah mimpi tidur di siang hari, tanpa sama sekali bermaksud untuk mempengaruhi golongan tertentu atau masyarakat luas untuk berpihak atau condong ke salah satu parpol atau golongan, atau.....(waduh cek angele..??!!) atau ngajak-ngajak golput....
- Gunakan hak pilih anda dengan baik, benar, dan bertanggung jawab, untuk ikut menentukan arah perjalanan Bangsa Indonesia ke depan. Satu suara anda akan sangat bermakna bagi terciptanya perubahan menuju Indonesia baru yang lebih baik. Dan itu bisa kita mulai dari sini(pemilu 2009). Ingat.....perjalanan panjang 1000 mil, selalu dimulai dari satu langkah kaki terlebih dahulu..... ( cuilee.....kayak omongannya caleg..hehehe)


Salam contreng.

2 comments:

Bappilu Partai Golkar '09 said...

Persoalan mendasarnya bukan siapa yg menang, setelah 9 April nanti, siapa pun yg akan duduk disana akan mempengaruhi kita dalam keseharian, munculnya UU atau Perda akan dirasakan oleh kita, artinya sebesar apapun angka golput toh tetap anggota DPR/DPRD akan terpilih, persoalannya adalah, jika angka golput tinggi hampir bisa dipastikan yg duduk disana didominir oleh muka lama, kenapa? Karena pemilihnya adalah pemilih loyal dari partai, kalau memang begitu, maka hanya mereka yg saat ini masih menjabat yg punya amunisi cukup untuk mempengaruhi pemilih. Jadi intinya adalah, apakah kita mau biarkan mereka kembali duduk disana? Atau mau mencari yg baru?

AYN said...

@ Bappilu Partai Golkar'09:

Sebelumnya, terima kasih atas komennya di blog saya.

Memang benar sih pak, kalau hasil pemilu tahun 2009 ini didominasi oleh muka-muka lama maka tentu saja rakyat akan kecewa. Karena Rakyat tahu dan yakin tidak akan ada perubahan yang berarti bagi mereka.
Namun rakyat akan semakin kecewa dan sakit hati apabila "para wakil" pilihan dari mereka sendiri ternyata mengkhianati mereka. Hidup yang sudah demikian susah bagi mereka akan semakin terasa menyakitkan saat mereka mendengar beragam berita "miring" dari para wakilnya.
Akar permasalahanya, keberadaan golput tidak lepas dari kejujuran dan integritas dari para wakil rakyat ataupun calon wakil rakyat itu sendiri. Golput akan semakin berkembang apabila rakyat merasa mereka merasa dikhianati dan tidak diperjuangkan. Golput akan mengecil apabila rakyat merasa didengar, dihargai, dan diperjuangkan.....

Thanks and regards,

Sample Text

Powered by Blogger.
Powered By Blogger

Popular Posts

Total Pageviews